JAIPONG

View Original

Perkembangan Ekonomi dan Outlook Jepang

Pada triwulan II 2020, realisasi PDB final Jepang masih mengalami kontraksi. Selanjutnya pada triwulan III 2020, secara umum perekonomian Jepang diperkirakan akan mulai mengalami rebound pasca diterpa pandemic Covid-19 hal ini ditunjukkan dari beberapa indicator makroekonomi dan sentiment bisnis terkini yang mulai meningkat di triwulan III seperti Konsumsi Swasta, Ekspor, Produksi Industri, dan Investasi Pemerintah. Membaiknya PDB juga terkonfirmasi dari Cabinet Office Report yang selama 3 bulan terakhir terus menyesuaikan ke atas terkait tone asesmen ekonomi Jepang. Dalam rilis terbaru, 12 Oktober 2020 tema yang diangkat adalah “the Japanese economy is still in severe situation due to the Novel Coronavirus, but it is showing movements of picking up recently”. Indikasi membaiknya PDB Jepang di triwulan III 2020 juga tersirat pada membaiknya sentimen bisnis Tankan. Secara spasial, Sakura Report yang rilis pada 8 Oktober 2020, menunjukkan kinerja ekonomi mayoritas wilayah di Jepang terindikasi mengalami perbaikan di triwulan III 2020.

PM Suga yang mulai menjabat 16 September 2020 menggantikan PM Abe, memastikan akan mempertahankan kesinambungan kebijakan fiscal dengan melanjutkan Abenomics dengan memberikan penguatan pada beberapa aspek yaitu: (1) mendorong Digitalisasi, dengan membentuk badan/agency yang akan mengurusi masalah pengembangan digitalisasi serta (2) melakukan reformasi dibidang peraturan & administrasi.

Ekspor tercatat mulai rebound pada triwulan III 2020.

Pada triwulan III 2020, situasi ketenagakerjaan di Jepang masih lemah. Rata-rata pendapatan bulanan di Jepang mulai sedikit membaik. Ministry of Health Labor and Welfare Jepang merilis Average Monthly Cash Earning yang tercatat turun -1,3% yoy, lebih baik dari akhir triwulan II (-2,0%, yoy). Kenaikan pendapatan tersebut telah tertransmisi dengan baik pada pengeluaran rumah tangga yang juga mengalami peningkatan di triwulan II 2020.

Inflasi di Jepang relatif stabil khususnya di tingkat konsumen.

BoJ Financial System Report (22 Oktober 2020) menunjukkan sistem keuangan Jepang tetap pada kondisi yang stabil. Rasio kecukupan modal berbagai lembaga keuangan (Bank di Jepang yang aktif secara internasional, Bank Domestik Jepang, dan Shinkin Bank specialis UMKM atau BPR) dinyatakan masih memiiliki capital buffer yang cukup atau di atas persyaratan regulasi yang diterapkan.

Dalam rangka mendorong Cashless Society di Jepang, perilaku belanja masyarakat Jepang dari semula melakukan face to face shopping kepada on-line shopping, otoritas METI terus mengkampanyekan untuk penggunaan pembayaran non-tunai (Cashless Payment) secara massive melalui beberapa program diskon untuk belanja non tunai di sebagian besar supermarket khususnya untuk mengkompensasi kenaikan pajak konsumsi pada akhir 2019.

General Account Expenditure tahun fiskal 2020 Jepang mengalami peningkatkan signifikan ke level JPY 160,3 triliun, dari JPY 104,7 triliun pada tahun fiskal 2019. Terdapat proyeksi peningkatan rasio Public Debt to GDP hingga melampaui level 200% atau tertinggi dibandingkan beberapa negara G7 atau developed market lainnya.

Dalam Monetery Policy Meeting (MPM) pada 28-29 Oktober 2020, BoJ melanjutkan kebijakan moneter longgar dan dukungan pembiayaan bagi korporasi. Dalam Outlook Kuartalan, BoJ merevisi turun outlook GDP dan Inflasi untuk FY 2020.

Pada Outlook for Economic Activity kuartalan, BoJ merevisi turun proyeksi median pertumbuhan ekonomi (GDP) untuk tahun FY2020 yang berakhir Maret 2021 menjadi minus 5,5%, dari sebelumnya minus 4,7% (July 2020). Ekonomi Jepang akan membaik secara moderat didukung oleh langkah-langkah fiskal dan moneter yang agresif, ekspor dan produksi industri yang telah meningkat, meskipun lapangan kerja dan situasi pendapatan masih lemah. Selanjutnya, BoJ merevisi naik GDP FY2021 dengan tingkat pertumbuhan 3,6% dari sebelumnya 3,3%;

Bank of Japan (BoJ) meningkatkan pelonggaran moneter berupa kenaikan temporary upper limit asset purchase untuk membantu pembiayaan bagi sector swasa atau korporasi.

Nilai tukar JPY bergerak relatif menguat terhadap USD di triwulan III 2020.

Ekonomi Jepang diperkirakan mengalami kontraksi di tahun 2020 namun akan tumbuh positif secara V-Shape di tahun 2021.

Beberapa downside risk pertumbuhan ekonomi Jepang terkini antara lain (i) Meluasnya dampak Covid-19 sehingga terjadi perlambatan ekonomi global dan mitra dagang utama (Tiongkok, AS, dan Eropa), (ii) turunnya ekspektasi pertumbuhan Firm’s dan Household’s dalam jangka menengah-panjang.

Upside risk pertumbuhan ekonomi Jepang terkini terutama tergantung pada keberhasilan implementasi paket kebijakan darurat Pemerintah khususnya potensi adanya 3rd Supplementary Additional Budget yang akan segera dibahas dalam DIET, langkah BoJ turut menjaga SSK dengan memastikan terjaminnya penyaluran pembiayaan bagi dunia usaha. Potensi keberhasilan implementasi paket darurat Pemerintah salah satunya “Go To campaign” yang mulai diperluas ke Tokyo mulai 1 Oktober kemarin menjadi salah satu factor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Jepang lebih lanjut.

Informasi lebih lanjut: Perkembangan Ekonomi dan Outlook Jepang & Korea Selatan